Senin, 25 Februari 2019

Review Atlantis Land Kenjeran


Bulan Kedua Family Outing Keluarga 



Photo. Foto Keluarga didepan patung Aquaman

Minggu lalu kami sekeluarga jalan-jalan ke Atlantis Land, eh bukan sekeluarga sih tapi 2 keluarga. Saya dan “Mbak Alip” temen kerja rasa sodara yang udah sering jalan bareng sejak dulu ngekost bareng, sampe berkeluarga masih sering jalan bareng-bareng. Setelah 2 bulan lalu family trip bareng ke taman safari, kemarin kita pilih yang deketan. Dan seperti biasa, tanpa rencana sebelumnya Cuma modal DM di IG yang bilang kalo cila pingin berenang. Yaudah kita ke Atlantis Land aja, bisa berenang, deket dari Gresik dan belum pernah kesana.
.
Berangkat dari Gresik jam9.30an dan jalanan lancar, sampe di Atlantis Land kita langsung bayar di pintu gerbangnya Kenjeran Park. Kalau mau ke Atlantis Land bayar 100 ribu per orang, kalau cuma ke KenPark bayar 25 ribu, oiya untuk anak diatas 85 cm dikenakan tiket penuh ya. Kemarin Echa gak bayar, karena di dalam mobil gak keliatan berapa tingginya, tak bilang 4 tiket aja, hehehe... Untuk masuk ke Atlantis Land jaraknya kira-kira 1 km dari pintu gerbang, terus kita parkir mobil dan jalan kaki sekitar 200 m. Parkirannya kurang layak menurutku, soalnya becek dan gak ada garisnya, tukang parkirnya juga gak ada, cus bebaslah mau parkir mobil gimana juga.
.
Masuk ke pintu depan ada pengecekan tiket dan tas, ini info yang penting ya jadi didalem kita gak boleh bawa makanan dan snack bahkan. Kemarin saya Cuma bawa sufor dan air minumnya aman sih gakpapa, kalo mau naruh makanan di bungkusan baju kayake juga bisa kok kalo gak ketauan. Setelah masuk kita akan disambut patung-patung dino besar, disini Echa udah mulai minta gendong nih katanya “gak wani” plus ternyata patung dinonya bisa gerak-gerak.hahaha...
.

Photo. Echa leyeh-leyeh di ayunan tengah-tengah kafe

Abis itu kita ke centralnya, ada kayak jalan kota dengan pinggir-pinggir cafe gitu. Trus naik ke lantai 2 ada musium patung liling semacam Madam Tussaud versi KW, karena prosentase miripnya Cuma 60-70%. Disini Echa minta gendong ae, dia mesti takur kalo ngeliat object-object yang ndak biasa...hihihi. Masih di lantai 2 ada playground cem di mall-mall gitu, lengkap sama mandi bola trampolin dan arena ketangkasan. Bisa diprediksi kalo disini Echa betah puol, gak mau keluar mainnya berjam-jam.
.

Photo. Ayah dan Echa foto didepan patung lilin

Yang paling okey sih menurutku Rumah Es yah, masih dilantai 2 tempatnya. Kita masuk di ruangan besar kayak freezer gitu, trus didalemnya ada   patung-patung dari es, hewan sampe seluncuran. Bagus kok, tapi jangan lama-lama ya disini karena kita gak dikasih pinjem jaket. Jadi kalo kelamaan apalagi yang gak betah dingin bisa hypotermia.
.

Photo. Suasana dalam Istana Es

Selanjutnya di lantai 1 ada indoor mainan anak-anak balita cem kereta api, helicopter dll, yang outdoor juga ada mainan tapi untuk yang lebih besar sampai dewasa karena emang lumayan ekstrim ya. Di outdoor juga ada carousell, favorit sepanjang jaman kayaknya kalo naik kuda muter ini. Kemarin ayah bunda sama Echa juga nyobain naik ini kok.
.
Habis itu barulah kita berenang, kolam renang di Atlantis Land ada 2, 1 untuk anak-anak dan 1 nya untuk dewasa. Aku gak liat detailnya, karena pas kesana lagi pilek berat jadi Echa berenang sama ayahnya. Yang untuk anak ada kolam busanya, tapi busanya nyala di jam 12 dan 14 aja selama setengah jam. As always kalo berenang pasti gmw udahan, abis mandi aja masih lari mau berenang lagi. Hmm...
.
Yang menarik lagi ada Dino Land, isinya patung-patung Dinosaurus tapi bisa goyang-goyang kepala sama ekornya, dan kita diajak berkeliling Dino Land dengan kereta semacam Jatim Park 3 tapi versi mini gitu deh. Tapi wahana ini buat Echa gak menarik at all, dia minta gendong aja karena takut sama Dino. Oh ya, setiap jam 17.30 ada pertunjukan air mancur menari di depan kastilnya. Jam buka Atlantis Land ini dari jam 10.00 sampai jam 19.00. Kemarin aku jam 4 sore udah pulang, jadi gak sempet liat air mancur sih.
.

Photo. Kastil tempat air mancur menari

Okey, overall untuk tempat wisata ini nilainya 6 dari 10 ya karena di Surabaya nyari hiburan selain Mall itu susah buk. Sebenernya konsepnya bagus sih, tapi sayangnya gak ada aquarium atau ikan-ikannya gitu lha namanya aja Atlantis Land loh. Tempat wisata ini baru buka sekitar tahun 2017, dulu jaman saya masih kuliah Kenjeran cuma buat Sirkuit aja sama orang pacaran (haha) tapi gak tau kenapa kok terkesan gak terawat dan surem gitu. Pegawainya juga dikit banget, tapi enak sih sepi bisa glundung-glundung dan naik wahana berkali-kali (Echa ini mah)
.
Sekian sharing abal-abal dari Bunda Echa, semoga membantu buibu yah...dan sebenernya ini juga latihan buat saya nulis.


.
.
.
cue_dil
250219


Jumat, 22 Februari 2019

Aldila_NHW #4


Mendidik dengan Kekuatan Fitrah



Wohoo..ndak terasa kelas Matrikulasi sudah masuk ke minggu keempat, berarti saya udah belajar hampir 1 bulan di kelas dan saatnya mulai NHW baru lagi dan tantangan baru. NHW kali ini cukup berbeda sih, mereview NHW-NHW sebelumnya dan menjawab beberapa pertanyaan. NHW4 kali ini tentang Mendidik dengan Kekuatan Fitrah, lets check it out pertanyaan dan tentunya jawaban dari saya donk :
.
a.         Mari kita lihat kembali Nice Homework #1, apakah sampai hari ini anda tetap memilih jurusan ilmu tersebut di Universitas Kehidupan ini? Atau setelah beberapa minggu ini anda ingin mengubah jurusan ilmu yang akan dikuasai?

Tak buka dulu NHW #1 yah pemirsa, di NHW 1 saya memilih jurusan Management Keluarga untuk saya pelajari di Universitas Kehidupan. Karena jurusan ini sangat komplek, saya bisa belajar management agama, keuangan, waktu dan juga parenting untuk bekal sepanjang kehidupan saya sebagai seorang istri dan ibu.



Sampai hari ini keinginan saya masih sama, minat saya terhadap ilmu ini masih sama besarnya seperti 1 bulan yang lalu. Dan saya merasa ilmu ini adalah bekal saya untuk menjalani kehidupan hingga lulus dan menyandang gelar almarhumah nanti. 
.

b.         Mari kita lihat Nice Homework #2, sudahkan kita belajar konsisten untuk mengisi checklist harian kita? Checklist ini sebagai sarana kita untuk senantiasa terpicu “memantaskan diri” setiap saat. Latih dengan keras diri anda, agar lingkungan sekitar menjadi lunak terhadap diri kita

NHW #2 untuk membuat Indikator Profesionalisme Perempuan, kemarin bikin sudah detail dan mencakup 5 aspek SMART. Kenyataan di lapangan sudah tak checklist mana yang sudah dijalankan beneran, dan ada beberapa yang masih belum istiqomah ngejalanin. Misalnya olahraga yang kenyataannya susah sekali, terus pacaran sama suami karena gak ada yang dititipi Echa, berasa sayang waktunya kalo weekend ninggal Echa, detailnya ada dibawah ini sudah tak centang-centang kok. Seharusnya memang hal yang baik itu harus dipaksa, karena kalo dijalani dengan santai saja hasilnya juga santai. Tapi kalo kita ngoyo, harus dan wajib melakukan insyallah hasilnya maksimal.



Photo. Checklist Indikator Profesionalisme Perempuan yang sudah dikerjakan
(maaf scan2annya miring-miring)
.

c.         Baca dan renungkan kembali Nice Homework #3, apakah sudah terbayang apa kira-kira maksud Allah menciptakan kita di muka bumi ini? Kalau sudah, maka tetapkan bidang yang akan kita kuasai sehingga peran hidup anda akan semakin terlihat.

Membaca NHW #3 lagi kok saya masih belum mudeng ya maksud Allah menciptakan saya di bumi ini untuk apa, melihat kok ternyata passsion saya banyak dari mulai suka masak, gemar membaca, hobi home decoration sampe serius belajar dan menerapkan montessori method untuk anak saya. Trus saya mau jadi apa donk??? Sungguh pertanyaan ini susah sekali dijawab, tapi melihat saya suka sekali membaca dan berbagi inspirasi seputar kegiatan didalam rumah termasuk menu masakan, buku bacaan bagus, home decoration hingga mainan2 edukasi untuk anak saya di instagram sepertinya memberikan inspirasi tentang home activity untuk orang lain sangat menarik. Apalagi saya seorang ibu yang bekerja di ranah public juga, dan tetap tidak pernah melupakan kewajiban saya untuk suami dan anak. Bidang pelajaran yang membuat saya berbinar-binar ketika belajar adalah “Management Home Activity” . Sehingga suatu saat nanti saya akan memahami peran hidup di muka bumi adalah sebagai Fasilitator dan Mentor untuk ibu-ibu atau orang lain di sekitar saya yang kekurangan pengetahuan dan ilmu dalam mengembangkan diri mereka


Etapi ini bisa berubah dengan berjalannya waktu ya, soalnya saya masih galau sebenernya sampai sekarang, semoga kedepannya saya bisa benar-benar menemukan misi hidup yangsaya sukai dan  bermanfaat untuk orang lain.
.

d.  Setelah menemukan 3 hal tersebut, susunlah ilmu-ilmu apa saja yang diperlukan untuk menjalankan misi hidup tersebut

Setelah menentukan peran saya kedepan, kemudian untuk bisa menjadi seorang fasilitator/mentor dalam bidang management home activity saya harus belajar ilmunya donk, tahapan-tahapan untuk ilmu yang harus dikuasai adalah sebagai berikut :

.

e.         Tetapkan Milestone untuk memandu setiap perjalanan anda menjalankan Misi Hidup

Saat ini usia saya 28 tahun, dan saya menetapkan sekarang sebagai 0 km dalam proses pembelajaran untuk menguasai ilmu-ilmu tersebut. Dalam jangka waktu kira-kira 4 tahun, saya menargetkan untuk menguasai ilmu management home activity. Sehingga setiap harinya saya harus meluangkan waktu minimal 2 jam untuk belajar serta mempraktekan. Milestone yang saya tetapkan adalah sebagai berikut :

.

f.        Koreksi kembali checklist anda di NHW #2, apakah sudah anda masukkan waktu-waktu untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut di atas. Kalau belum segera ubah dan cantumkan.

Sek bentar tak intipe lagi di NHW #2, ada beberapa yang sudah saya masukkan seperti menghadiri kajian agama, membaca AL Qur’an dan terjemahan, dan membaca buku. Sepertinya perlu saya masukkan lagi beberapa kegiatan untuk mendukung proses belajar ilmu ilmu diatas :

.

g.        Lakukan, lakukan, lakukan, lakukan

Setelah kita susun rencananya, mari kita ucapkan Bismillahirrohmanirrohim dan memulai langkap pertama untuk senantiasa bisa istiqomah belajar dan mengamalkan apa yang kita dapatkan agar menjadi manfaat untuk diri kita dan orang lain tentunya. Mengutip dari Tim Matrikulasi “Karena perjalanan ribuan mil selalu dimulai oleh langkah pertama”
.
.
.
cue_dil
220219
akhirnya selesai tulisan ini, NHW yang bikin galau karena sempat kebingungan menentukan peran


Jumat, 15 Februari 2019

Aldila_NHW#3

Membangun Peradaban Dari Dalam Rumah



“RUMAH adalah taman dan gerbang peradaban yang mengantarkan anggota keluarganya menuju peran peradabannya” begitulah kalimat pertama materi minggu ketiga kali ini. Judul minggu ini sangat menyentuh dan bermakna buat saya. Bagaimana tidak, dari kecil rumah merupakan tempat yang sangat berpengaruh besar dalam kehidupan saya. Orangtua saya mendidik saya dengan betul-betul baik dirumah, sehingga keluar yaitu sekolah dan lingkungan saya menjadi orang yang siap, orang yang baik dan memang bermanfaat untuk sekitar.
.
Dengan latar belakang tersebut, saya ingin keluarga saya sekarang, rumah saya menjadi tempat paling menyenangkan dan dirindukan untuk anak dan suami saya. Saya ingin anak-anak saya dididik dengan baik dirumah, sehingga mereka keluar rumah siap dan diterima dengan baik oleh masyarakat sebagaimana dulu saya dididik. Namun, tentunya hal ini bukan perkara mudah. Mendidik anak di zaman sekarang sangat jauh berbeda dengan zaman dahulu dimana arus informasi belum sebebas sekarang. Sehingga untuk mendidik anak di zaman sekarang butuh ilmu yang cukup, orangtua harus selalu belajar.
.
Dan saya baru tau kalo setiap keluarga mempunyai misi spesifik itu di Materi minggu ketiga, duhh...kemana saja donk saya ini. Alhamdulilah, NHW kali ini juga bikin saya mikir keluarga saya mau dibawa kemana. Hidup gak lempeng-lempeng aja ngikuti alur, semua dijalani baru dipikir...hahaha (ini sih suami saya banget, jangan mengkhawatirkan apa yg belum terjadi katanya).
.
Pertama saya bikin surat cinta donk buat suami, seumur-umur baru kali ini saya bikin surat cinta. Dasarnya juga bukan orang romantis, cenderung blak-blakan bahkan. Ngasihnya surat cinta pas tanggal 14 Februari, padahal bukan karena Valentine karena emang NHW nya baru dibahas semalem. Sepulang kerja saya kasih surat cinta plus sepotong coklat (eh, bengbeng denk) kepada suami.
“opo iki?” kata Ayah Echa
“Wes, diwoco disek ae. Mari ngene yoshinoya yo yah” kataku sambil tertawa
Gimana reaksi Pak Suami ? tunggu dulu, ini tak kasih bocoran surat cintanya



Setelah membaca surat cinta diatas, bapake bilang kata ajaib “Terima Kasih” dan mencium kami berdua (aku dan Echa). Berasa meleleh gitu sih, dan agak gak nyangka kalau ternyata respon suami sangat-sangat sweet. Saya kira dia bakal acuh dan ditaruh gitu aja suratnya, oh ternyata suamiku bisa manis juga :D Ditambah habis magrib kami diajak jalan-jalan ke emoll, lumayanlah refreshing di hari kerja nyenengin anak main ke playground aja.

.
Okey, next...lupakan dulu surat cinta yang ndak menye-menye ini. Kita lanjutkan untuk membuat misi keluarga. Saya menikah dengan suami sudah menginjak 3 tahun, kami mempunyai seorang putri berusia 2 tahun 1 bulan bernama Alesha Shifa Azzahra atau biasa kami panggil Echa. Di usianya sekarang kemampuan komunikasi Echa sudah sangat berkembang pesat, dia sudah bisa berbicara dengan lancar dan nyambung kalo kami tanyai. Sebenarnya sampai sekarang kami belum bisa menentukan potensi apa yang tersimpan pada dirinya, namun berikut kami petakan dari pengamatan kami sehari-hari :



Sudah banyak profesi dan kegiatan yang saya kenalkan kepada Echa, misal koki, mas-mas indomaret, dokter, guru, karyawan, atau kegiatan-kegiatan macam bikin kue, masak, craft semisal meronce, menggambar, mewarnai, menempel dll. Tapi dari segala kegiatan yang kami kenalkan, 7 diatas yang menurut kami sangat menarik perhatiannya dan paling sering dilakukan. Kenapa no 1 bisa berenang? Ya karena Echa ini anak air kayaknya, nurun plek dari ayahnya yang suka ngabisin air dirumah (mandi maksudnya). Kami sempatkan hampir tiap minggu/2mnggu sekali mengajaknya berenang, selalu dia happy, bahkan berkali-kali nyemplung minum air pun dia tetep happy. Pun kalau kami berenang ke kota seberang, entah Malang atau Nganjuk yang airnya dingin. Dia kedinginan gemetaran tetep aja gak mau berhenti. Alhamdulilah, semoga kamu pintar berenang nak, jangan kayak emakmu ini yang gak bisa berenang blas.
.
Nah, kalau baca buku ini dia hobby banget. Mungkin karena sejak bayi sudah saya kenalkan dengan buku, jadi sekarang dia suka narik tangan saya buat dibacain buku yang sudah dia ambil di rak. Bahkan, seringkali juga saya liat dia membaca buku dengan bahasanya sendiri, sungguh saya bahagia. Karena sampai kapanpun, kebiasaan membaca ini akan berpengaruh baik untuk dirinya.

Photo. pojok baca dikamar Echa (beberapa bulan yang lalu)
.
Melihat diri saya sendiri ? Jujur, ini sulit untuk saya jawab. Bukan karena saya tidak mengenal diri saya, tapi terlalu banyak hal yang saya sukai, lakukan dan sampai susah untuk menentukan passion kekuatan pada diri saya. Kesukaan saya dari kecil itu membaca, ingat betul saya tiap pulang sekolah SD terus nyusul ibu saya mengajar di sekolahnya, saya nongkrongnya di perpustakaan. Kira-kira hampir semua buku cerita disana sudah saya baca, dari mulai cerita rakyat, novel bahkan beberapa buku SMP yang ada bacaannya. Sampai orangtua saya shock ketika mendapati saya minus 2 pada kelas 4 SD karena terlalu senangnya membaca bahkan di malam hari dengan lampu yang sepertinya kurang terang. Kebiasaan itu berlanjut sampai sekarang, dan saya tularkan kepada anak saya. Kalau suami sih susah kayaknya disuruh baca, tak sodorin buku yang banyak tulisan sampe banyak gambarnya ditaruh aja, mentok-meentoknya saya sodorin buku resep suruh milih besok mau dimasakin yang mana. Hehehe...
.
Beberapa tahun ini saya menyadari potensi pada diri saya pada bidang interior desain (ini cita-cita lama, dulu pingin kuliah arsitek) dan kemampuan manajerial. Kalo yang kedua ini lebih karena saya sering ikut training-training manajerial di kantor, sehingga saya benar-benar gunakan ilmunya dan saya maksimalkan di kantor serta dirumah. Interior desain atau homedecor berawal dari jaman kuliah, saat saya mulai tinggal sendiri disitulah keinginan untuk mendesain kamar kost sesuai selera saya. Sampai menikah dan punya rumah juga saya ambil tema untuk rumah saya, baru semua barang dan hiasan saya beli berdasarkan tema rumah. Oh ya, saya juga punya pemikiran berbeda tentang anggapan banyak orang yang punya anak kecil rumah gak bisa rapi. Di rumah saya semua ada tempatnya, termasuk pojok bermain dan pojok membaca, Echa selalu saya ajarkan untuk ambil 1 balikin 1. Jika dia ingin mengambil mainan lain, maka mainan yang sedang dia mainkan harus dikembalikan. Karena saya percaya, anak usia mulai 18 bulan adalah dalam periode sensitivitas keteraturan, sehingga kita orang tualah yang harus mengarahkan ke hal-hal yang baik.



Photo. Pojok belajar Echa di ruang tamu
.
Berbeda dengan saya, suami saya cenderung lebih suka luar rumah maksudnya berkebun, memelihara burung dan ikan. Dirumah kami ada semacam pembagian tidak tertulis, untuk urusan didalam rumah itu saya yang milih, mengatur sedangkan untuk taman, aquarium dan peliharaan itu tanggungjawab suami karena dia yang memang suka memelihara hewan dan tumbuhan.
.
Allah Maha Adil untuk hambanya, kita diciptakan berpasang-pasangan dan saling melengkapi satu sama lain. Saya cenderung emosional, suami sangat sabar. Saya cerewet, suami pendiam. Saya kepo, maksudnya pembelajar, suami ngalir aja santai. Saya suka ngerapihin dalam rumah, suami suka bercocok tanam dan memelihara hewan. Dan seterusnya yang panjang banget kalau diuraikan. Intinya selama ini alhamdulilah kita cocok dan saling mengingatkan, pun dengan Echa ini sepertinya dia gabungan dari 2 sifat kami. Dia cerewet dan emosional kayak saya, tapi kok juga santai kayak ayahnya. Passion juga gabungan dari kami berdua, dia suka membaca kayak saya, tapi dia lebih seneng berenang kayak ayahnya yang jago berenang.
.
Saya dan suami sama-sama perantau di Gresik, saya berasal dari Nganjuk sedangkan suami dari Kediri. Kami membeli rumah sebelum menikah, memang sengaja karena kami berdua kerja di Gresik dan gak mau mikir nanti tinggal dimana atau kalo kontrak nanti males pindah-pindahnya. Dulu memutuskan membeli rumah di perumahan yang kami tinggali karena jauh dari pabrik (Gresik banyak banget pabriknya) , sekitar perumahan masih banyak sawah dan area masuk banyak pohon jati sehingga terkesan adem. Kalau kata orangtua saya tiap mengunjungi rumah, perumahan di kota rasa pedesaan. Kami memang tetap ingin menghirup udara segar seperti masa kecil dulu, agar anak saya bisa bermain di sawah, melihat padi, jagung dsb.
.
Setelah hampir 3 tahun tinggal di perumahan, dan rumah-rumahnya sudah banyak yang ditempati alhamdulilah saya dan suami merasa nyaman dan tidak salah pilih. Memang bentuknya perumahan, tetapi warganya seperti di kampung, akrab dan bagaikan saudara satu sama lainnya, tidak apatis seperti bayangan saya dulu tinggal di perumahan yang menyeramkan. Kebanyakan dari warga disini adalah orangtua baru, sehingga anak-anaknya hampir seumuran. Bahkan, yang paling besar itu baru smp, trs ada beberapa sd, banyak TK serta balita.
.
Jadi teman mainnya Echa dirumah itu banyak, satu gang ada 13 anak. Sehingga Echa tidak kesulitan bersosialisasi dengan sebaya, seringnya malah kalau pagar saya buka dia bisa main sendiri ke tetangga. Tapi, hal ini juga merupakan tantangan buat keluarga kami, karena banyak orangtua yang membebaskan anaknya bermain diluar rumah tanpa kenal waktu, bahkan sampai orangtuanya nyari di grup WA anaknya main kerumah siapa. Pagi, siang, sore, habis magrib bahkan sampai jam9 malam masih terdengar suara anak-anak berkeliaran. Buat kami, Echa punya jam main sendiri yaitu pagi setelah mandi dan sarapan serta weekend pagi dan sore. Saya benar-benar concern dengan periode sensitivitas keteraturan anak, bahkan sampai saya buatkan jadwal harian untuk Echa, terdengar lebay tapi bagi saya ini penting. Agar anak tahu dan terbiasa kapan waktunya dia mandi, makan, tidur, bermain diluar, bermain didalam rumah, membaca buku dan lain-lain.
.
Selain itu, tantangan buat keluarga kami adalah tentang penghijauan, satu gang saja yang rumahnya ada tamannya cuma 2 rumah, yaitu rumah saya dan tetangga depan rumah. Rumah-rumah lainnya di perumahan rata-rata sudah direnovasi full luas tanah untuk bangunan, sehingga tidak ada lagi resapan tanah dan tanaman hijau.
.
Dari tantangan-tantangan ini, saya dan suami sudah memiliki beberapa rencana project. Untuk anak-anak sekitar rumah, saya berencana membuat pojok baca yang sekarang memang sudah ada tapi biasanya saya mengambilkan buku-buku anak untuk mereka baca. Nanti kedepannya semoga pojok baca ini bisa didisplay di ruang tamu untuk mereka membaca dengan leluasa (sekarang lemari masih dikamar karena keterbatasan tempat dirumah). Dan suami berencana untuk membuat taman susun, ini semacam bikin rak tanaman di pinggir-pinggir jalan sehingga kita bisa menanam berbagai tanaman didalam pot. Atau, dalam jangka panjang pingin mempraktekkan lingkungan minim sampah, kalau sekarang kami sekeluarga masih dalam tahap belajar minim sampah.
.
Semoga potensi-potensi unik dalam keluarga kami bisa memberi manfaat untuk sekitar, saya memang jauh sekali dari sempurna, tapi setidaknya saya harus belajar lebih baik lagi.
.
.
.
cue_dil
150219
selesai tepat sebelum sholat jumat, weekend waktu dengan keluarga


Jumat, 08 Februari 2019

Aldila_NHW#2


Ibu Profesional Kebanggaan Keluarga


Minggu kedua perkuliahan Matrikulasi IIP dibuka dengan tema yang sangat nyes “Menjadi Ibu Profesional Kebanggan Keluarga” , nahloh ini kan cita-cita semua mahasiswa yang berkuliah di IIP untuk menjadi Ibu Profesional. Setelah minggu kemarin merenung untuk memahami manfaat dan tujuan hidup hingga memutuskan jurusan apa yang akan diambil di Universitas Kehidupan, minggu ini kita akan mulai belajar di jurusan yang akan kita ambil.
.
Apa sih sebenarnya Ibu Profesional itu ???
Ibu Profesional adalah perempuan yang :
-    Bangga akan profesinya sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak – anak
- Senantiasa memantaskan diri dengan berbagai ilmu, agar bisa bersungguh-sungguh mengelola keluarga dan mendidik anaknya dengan kualitas yang sangat baik
.
Dari hasil diskusi tadi malam dengan Mbak Anik fasil tersayang, membuka pikiran dan hati saya bahwa Ibu Profesional bukan hanya ibu yang bekerja di ranah domestik. Tetapi Ibu yang bekerja di ranah Publik juga bisa menjadi Ibu Profesional asalkan tetap diperhatikan untuk quality time dan bonding dengan anak. Setidaknya kegalauan dan rasa bersalah saya sebagai ibu bekerja di ranah publik mulai memudar, dan saya harus tetap menjadi ibu yang bahagia agar anak-anak saya juga bahagia.

.

Tahapan yang harus dilalui oleh seorang Ibu Profesional ada 4, yaitu :
-         - Bunda Sayang
-         - Bunda Cekatan
-         - Bunda Produktif
-         - Bunda Sholehah
.
Lalu, apa sih yang menjadi indikator keberhasilan seorang ibu dikatakan sebagai Ibu Profesional?
Kuncinya “Menjadi Kebanggan Keluarga”
Yap, karena customer seorang ibu adalah suami dan anak-anaknya. Sehingga suami dan anak bahagia adalah indikator keberhasilan ibu profesional.
.
Setelah berdiskusi dengan Ibu Fasil dan teman-teman sekelas, tiba waktunya untuk mebuat NHW atau Nice Home Work. NHW minggu kedua kali ini adalah belajar membuat “Checklist Profesionalisme Perempuan” sebagai individu, sebagai istri dan sebagai Ibu. Nahloh, cem mana itu coba...hahaha, selama ini tau checklist tiap ngisi kuisioner atau assesment dari client dikantor. Ini kita mesti bertanya kepada suami dan anak, indikator istri/ibu semacam apa sih yang membuat mereka bahagia. Jawaban dari customer kita itu yang nanti sebagai referensi dalam pembuatan checklist kita.  
.
Namun, indikator yang kita buat ini harus mengandung unsur SMART, yaitu :
SPECIFIC              : unik/detail
MEASURABLE    : terukur
ACHIEVABLE      : bisa diraih, tidak terlalu susah dan mudah
REALISTIC           : berhubungan dengan kondisi permasalahan sehari-hari
TIMEBOND          : berikan batas waktu
.
Kemudian dari tugas NHW tersebut, saya tanya tuh mas suami maunya pingin istri yang kayak gimana sih. Istri yang bikin dia bahagia tuh kek apa. Dan susah banget ternyata ngulik jawaban dari suami saya, emang dasar orangnya pendiam dan semua-muanya serba manut saya. Tapi gak mau nyerah donk saya, tak pepet sampe ketemu jawabane, hahaha..(ngeyel). Ternyata suami cuma pingin istrinya SABAR dan NRIMAN. Indikator macam apa donk ini, trus saya mesti gimana jelasin indikator 2 kata tapi luas banget maknanya. Baiklah2, nanti kucoba oret2 deh semoga berhasil.
.

Terus ganti tanya Echa, anak toddler 2 tahun ini sebenernya sudah pinter omong, cuma ya pasti ndak paham kalo saya tanya model kayak tanya suami. Jadilah muncul percakapan :
“Echa suka apa?”
“Ayam goyeng”
“Kalo main sama bunda suka?”
“iyaa”
“Echa mau baca buku?”
“Iya”
“Echa mw liat Omar Hana?”
“Omar Hanaa undaa”
Dst, saya tanya aja deh indikatornya
Okey, gagal deh wawancara Echa nya. Saya amati saja dari jawaban-jawaban pertanyaan yang saya berikan.
.
Next, saya coba buat indikator-indikator singkat pake bolpen aja, nanti kalo udah sreg baru di-detailkan lagi sekalian ini minta approval sama pak suami.
Jeng...jeng...jeng... jadi deh indikatornya 


Mohon maaf kalo tulisannya jelek, duhh.
.
Step berikutnya kita bikin checklist indikator ini dengan mempertimbangkan SMART tadi. Kalau kata Ibu Fasil, semakindetail semakin mudah mengukur tingkat keberhasilannya dan mudah dalam evaluasinya.
Sehingga dari oret-oretan tadi saya jelaskan dan detailkan lagi dibawah ini :

  • Individu

















Secara garis besar indikator sebagai seorang individu untuk saya adalah lebih mendekatkan diri kepada Allah, menyayangi diri sendiri, dan bermanfaat untuk sekitar. Sementara ini yang masih terpikirkan untuk saya, kedepannya semoga saya menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Oh ya, untuk checklist ini sebulan nanti akan saya evaluasi dan update datanya. Apakah ada yang perlu ditambahkan, dikurangi ataupun diganti.Next,,,
.
  • Istri





















Saya bikin checklist ini antara amazing sama merasa sedih banget, soalnya sepertinya banyak daftar di checklist yang belum saya lakukan (sungkem sama pak suami). Maafkan saya pak belum bisa jadi istri yang baik pak, semoga dengan adanya checklist ini lebih memudahkan saya untuk bisa mengevaluasi diri menjadi istri yang baik.
.
  • Ibu
















Menjadi ibu, tahu kan kalo jadi ibu ndak ada sekolahnya. Nah makanya salah satu ikhtiar saya untuk belajar menjadi ibu yang baik itu dengan ikut IIP ini. Kebetulan juga tugas NHW#2 ada bikin checklist profesionalisme sebagai ibu. Tentunya PR saya untuk mencari tau seberapa jauhkah saya melangkah menjadi ibu ini mulai menemui titik terang. Setidaknya saya tau, sudah maksimalkan peran saya sebagai ibu untuk anak toddler saya.
.
Finally, selesai juga tugas NHW#2 ini. Semoga tidak hanya menjadi tugas tetapi juga bisa menjadi indikator yang benar-benar saya kerjakan. Terima kasih untuk pak suami dan Echa sayang sudah support Bunda sejauh ini menjadikan saya kuat lahir batin menjalani peran saya.
.
.
.
@cue_dil
080219
Selesai dalam 3 hari, karena menyempatkan ngerjain ditengah pekerjaan




SUMBER BACAAN:
_Kamus Besar Bahas Indonesia, Edisi keempat, Balai Pustaka, Jakarta, 2008_
_Hei, Ini Aku Ibu Profesional, Leutikaprio, cetakan 1, 2012_
_Bunda Sayang, Seri Ibu Profesional, Gaza Media, cetakan 1, 2013_
_Bunda Cekatan, Seri Ibu Profesional, Gaza Media, cetakan 1, 2014_
_Bunda Produktif, Catatan Ikhtiar Menjemput Rizki, Seri Ibu Profesional, J&J Publishing, cetakan 1, 2015_

Tahap Kupu-Kupu : Jurnal Ketujuh

Tahap Kupu-Kupu : Jurnal Pekan Ketujuh Surat Untuk Mentor Surat Untuk Mente 1 ...