Kita Kategorikan Beban Jiwa yuk
Gemari Madya 2
Setelah minggu kemarin menulis
ratusan beban jiwa, minggu ini kami diajak mengkategorikan beban jiwa yang
telah dikeluarkan. Ternyata bingung juga mengkategorikannya, tapi hal ini
penting. Karena regulasi beban jiwa hanya bisa dilakukan bila beban jiwa berada
di level sadar. Jadi, tahap pertama
adalah mengidentifikasi apa beban jiwa kita agar naik ke level sadar.
Kategori Beban Jiwa
Beban jiwa bisa dikategorikan
menjadi perasaan/pikiran, perencanaan dan pelaksanaan. Nah dari ketiga kategori
akan saya pilih 5 teratas yang paling bikin clutter.
Perasaan :
- KPR masih
10 tahun lagi, takut banget sebenernya sama riba tuh. Apalagi belum tentu saya
masih hidup sampai 10 tahun kedepan
- Tabungan
pendidikan anak, jujur kalo cuma sampai SD masih belum cukup untuk sekolah di
sekolahan paling mentereng di Gresik. Tapi untuk sekolah swasta di dekat rumah
insya Allah udah cukup.
- Was-was
dengan kondisi keuangan keluarga dan tabungan dana darurat, karena salary
belakangan ini dapetnya gak full 100%
- Agak
worry juga dengan pekerjaan suami, karena belum tetap dan dimasa sulit seperti
sekarang apapun bisa terjadi.
- Udah
telat 2 minggu, bukan takut hamilnya sih tapi ngerasa belum siap punya 2 anak
dengan kondisi masih bekerja seperti sekarang
Perencanaan :
- Membuat
rencana aktifitas untuk Echa sehari-hari (home education). Jujur ini makan
waktu dan tenaga buat saya, karena harus well prepared mulai dari mau ngapain
sampai materialnya
- Foodprep
dan mealrep mingguan. Mulai dari belanja sesuai budget, mikir mau bkin mealprep
apa, sampai nyusun menu mingguan.
- Financial
planning bulanan. Nyukup-nyukupin dan ngatur budget setiap bulan, untuk
kebutuhan wajib hingga keperluan tak terduga
- Pingin
piknik, huahahahaha. Kelamaan dirumah sempet kepikiran mau ke jogja pake
kendaraan pribadi, udah cari segala hotel, ngelist tempat tujuan, ngitung
budget dll. Entah kapan eksekusinya
- Kewajiban
bulanan pulang kampung, cuma selama pandemi ini jarang pulang kan. Masih bikin
rencana kapan bisa pulang dan tanggal berapa.
Pelaksanaan :
- Memastikan
anak makan dengan baik dan juga rencana home education berjalan dengan baik.
Meskipun saya ada keterbatasan karena bekerja, sehingga komunikasi dengan ART
harus semakin intens
- Memastikan
kebutuhan sehari-hari suami tercukupi dengan baik
- Memastikan
pekerjaan dikantor berjalan dengan lancar dan selesai tepat waktu
- Memastikan
pekerjaan rumah beres semua, rumah rapi dan bersih, baju dicuci setrika
(delegasikan) dan makanan tersedia
- Memastikan
kabar dari orangtua dan mertua dengan menelfon/video call 2 hari sekali atau
setiap hari
Pemberat Beban Jiwaku
Pemberat beban jiwa ada 4 macam,
yaitu banyaknya peran, terbiasa mengerjakan sesuatu sendiri, adanya trauma masa
lalu dan juga core belief. Di saya sendiri, ada 3 hal yang menjadi pemberat
beban jiwa, yaitu :
·
Saya cukup perfeksionist di segala hal, maka dari
itu dari dulu lebih suka mengerjakan segala sesuatu sendiri. Karena saya merasa
lebih puas dan juga bisa sesuai dengan apa yang saya harapkan. Cuma kebiasaan
mengerjakan segala sesuatu sendiri ini membuat lebih lelah jiwa raga. Karena
waktu, pikiran dan perasaan tercurah untuk mengerjakan segala sesuatu sendiri
tanpa delegasi kepada orang lain. Saat ini pun, sebagai ibu dan istri semua
pekerjaan rumah saya kerjakan sendiri, kecuali menyetrika baju karena emang
dari dulu gak suka setrika. Sisanya seperti bersih-bersih rumah, nyuci, masak
hingga home edu untuk Echa saya lakukan semuanya sendiri.
·
Saat ini saya menjadi istri dan ibu, bekerja diranah
publik, mengambil amanah menjadi pengurus Regional IP Gresik, fasilitator Gemar
Rapi dan menjadi siswa di 2 kelas online yaitu Bunda Sayang IP dan Gemari
Madya. Apakah terlalu banyak peran? Sejujurnya sebelum ini masih ada beberapa
peran yang saya ambil, cuma saya sadar kapasitas sehingga melepaskan 2 dari
sekian banyak peran dan mencoba membuat prioritas. Jadi yang tersisa tinggal
hal-hal yang saya tulis diatas, saya sadar kewajiban utama saya itu apa dan
juga jumlah waktu sehari tak akan cukup jika saya ingin menjadi superwoman.
Peran Utama – Core Belief
Dari sekian banyak peran yang saya
ambil, peran yang paling banyak dipengaruhi oleh core belief adalah sebagai
istri dan ibu.
Core belief nya “Seorang Ibu
adalah makhluk yang sempurna” , karena harus mampu mengerjakan semua pekerjaan
rumah, mengasuh dan mendidik anak dengan baik serta cemerlang dalam karir.
Apakah saya ibu yang sempurna? Oh tentu belum, masih banyak sekali kekurangan
dalam diri saya misalnya dalam mengelola emosi.
Namun, core belief ini membuat
saya harus bisa melakukan semuanya sendiri dengan sempurna dan tidak ada yang
dikorbankan. Rumah bersih rapi wangi, makanan terhidang dengan variasi menu
yang beragam dan tentu sehat, cemilan tersedia sesuai favorit anak dan suami,
membersamai anak setiap pulang kerja dengan beragam mainan edukasi dan
kadang-kadang diy, karir dikantor lumayan dsb.
Jujur disatu sisi saya bahagia,
tapi disisi lain saya lelah. Pingin kadang-kadang jadi ibu biasa yang gofood
makanan, anak dikasih hp sesekali, wkwkwkwkwk.... Karena menjadi ibu yang
(mencoba) sempurna itu banyak yang dikorbankan, metime salah satunya (jatah
ngedrakor lenyap) :D
Aldila yang ideal itu :
Berat badan ideal, kulit glowing,
badang kenceng suka olahraga, makan banyak tetep kurus
Mindfull, tidak emosian, bertutur
kata lemah lembut
Bergelar diploma montessori,
dengan anak homeschooling metode montessori
Setiap hari masak 2x sehari dan
bikin kue macem-macem
Karir dikantor cemerlang sebagai
engineer, dengan salary yang cukup tinggi
Aktif di beberapa organisasi baik
di lingkungan rumah maupun luar
Aktifis zerowaste, kebunnya luas
ditanami berbagai macam sayur buah
Mempunyai perpustakaan mini
dirumah
Bisa nyetir mobil sendiri, gak
pake ART, punya bisnis sendiri
Dan rasanya sosok Aldila diatas
mustahil ada, ya paling kalo ada orangnya udah stress duluan overwhelmed :p
Selesai sudah jurnal berkhayal
jadi Aldila yang sempurna, mohon maaf jika ada yang kurang berkenan J
.
.
.
@cuedil
191020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar