Senin, 19 Oktober 2020

Jurnal Menata Diri - Pekan 2

 

 Kita Kategorikan Beban Jiwa yuk 

Gemari Madya 2




Setelah minggu kemarin menulis ratusan beban jiwa, minggu ini kami diajak mengkategorikan beban jiwa yang telah dikeluarkan. Ternyata bingung juga mengkategorikannya, tapi hal ini penting. Karena regulasi beban jiwa hanya bisa dilakukan bila beban jiwa berada di level sadar.  Jadi, tahap pertama adalah mengidentifikasi apa beban jiwa kita agar naik ke level sadar.

Kategori Beban Jiwa

Beban jiwa bisa dikategorikan menjadi perasaan/pikiran, perencanaan dan pelaksanaan. Nah dari ketiga kategori akan saya pilih 5 teratas yang paling bikin clutter.

Perasaan :

-       KPR masih 10 tahun lagi, takut banget sebenernya sama riba tuh. Apalagi belum tentu saya masih hidup sampai 10 tahun kedepan

-       Tabungan pendidikan anak, jujur kalo cuma sampai SD masih belum cukup untuk sekolah di sekolahan paling mentereng di Gresik. Tapi untuk sekolah swasta di dekat rumah insya Allah udah cukup.

-       Was-was dengan kondisi keuangan keluarga dan tabungan dana darurat, karena salary belakangan ini dapetnya gak full 100%

-       Agak worry juga dengan pekerjaan suami, karena belum tetap dan dimasa sulit seperti sekarang apapun bisa terjadi.

-       Udah telat 2 minggu, bukan takut hamilnya sih tapi ngerasa belum siap punya 2 anak dengan kondisi masih bekerja seperti sekarang

Perencanaan :

-       Membuat rencana aktifitas untuk Echa sehari-hari (home education). Jujur ini makan waktu dan tenaga buat saya, karena harus well prepared mulai dari mau ngapain sampai materialnya

-       Foodprep dan mealrep mingguan. Mulai dari belanja sesuai budget, mikir mau bkin mealprep apa, sampai nyusun menu mingguan.

-       Financial planning bulanan. Nyukup-nyukupin dan ngatur budget setiap bulan, untuk kebutuhan wajib hingga keperluan tak terduga

-       Pingin piknik, huahahahaha. Kelamaan dirumah sempet kepikiran mau ke jogja pake kendaraan pribadi, udah cari segala hotel, ngelist tempat tujuan, ngitung budget dll. Entah kapan eksekusinya

-       Kewajiban bulanan pulang kampung, cuma selama pandemi ini jarang pulang kan. Masih bikin rencana kapan bisa pulang dan tanggal berapa.

Pelaksanaan :

-       Memastikan anak makan dengan baik dan juga rencana home education berjalan dengan baik. Meskipun saya ada keterbatasan karena bekerja, sehingga komunikasi dengan ART harus semakin intens

-       Memastikan kebutuhan sehari-hari suami tercukupi dengan baik

-       Memastikan pekerjaan dikantor berjalan dengan lancar dan selesai tepat waktu

-       Memastikan pekerjaan rumah beres semua, rumah rapi dan bersih, baju dicuci setrika (delegasikan) dan makanan tersedia

-       Memastikan kabar dari orangtua dan mertua dengan menelfon/video call 2 hari sekali atau setiap hari

 

Pemberat Beban Jiwaku

Pemberat beban jiwa ada 4 macam, yaitu banyaknya peran, terbiasa mengerjakan sesuatu sendiri, adanya trauma masa lalu dan juga core belief. Di saya sendiri, ada 3 hal yang menjadi pemberat beban jiwa, yaitu :

·      Saya cukup perfeksionist di segala hal, maka dari itu dari dulu lebih suka mengerjakan segala sesuatu sendiri. Karena saya merasa lebih puas dan juga bisa sesuai dengan apa yang saya harapkan. Cuma kebiasaan mengerjakan segala sesuatu sendiri ini membuat lebih lelah jiwa raga. Karena waktu, pikiran dan perasaan tercurah untuk mengerjakan segala sesuatu sendiri tanpa delegasi kepada orang lain. Saat ini pun, sebagai ibu dan istri semua pekerjaan rumah saya kerjakan sendiri, kecuali menyetrika baju karena emang dari dulu gak suka setrika. Sisanya seperti bersih-bersih rumah, nyuci, masak hingga home edu untuk Echa saya lakukan semuanya sendiri.

·      Saat ini saya menjadi istri dan ibu, bekerja diranah publik, mengambil amanah menjadi pengurus Regional IP Gresik, fasilitator Gemar Rapi dan menjadi siswa di 2 kelas online yaitu Bunda Sayang IP dan Gemari Madya. Apakah terlalu banyak peran? Sejujurnya sebelum ini masih ada beberapa peran yang saya ambil, cuma saya sadar kapasitas sehingga melepaskan 2 dari sekian banyak peran dan mencoba membuat prioritas. Jadi yang tersisa tinggal hal-hal yang saya tulis diatas, saya sadar kewajiban utama saya itu apa dan juga jumlah waktu sehari tak akan cukup jika saya ingin menjadi superwoman.

 

Peran Utama – Core Belief

Dari sekian banyak peran yang saya ambil, peran yang paling banyak dipengaruhi oleh core belief adalah sebagai istri dan ibu.

Core belief nya “Seorang Ibu adalah makhluk yang sempurna” , karena harus mampu mengerjakan semua pekerjaan rumah, mengasuh dan mendidik anak dengan baik serta cemerlang dalam karir. Apakah saya ibu yang sempurna? Oh tentu belum, masih banyak sekali kekurangan dalam diri saya misalnya dalam mengelola emosi.

Namun, core belief ini membuat saya harus bisa melakukan semuanya sendiri dengan sempurna dan tidak ada yang dikorbankan. Rumah bersih rapi wangi, makanan terhidang dengan variasi menu yang beragam dan tentu sehat, cemilan tersedia sesuai favorit anak dan suami, membersamai anak setiap pulang kerja dengan beragam mainan edukasi dan kadang-kadang diy, karir dikantor lumayan dsb.

Jujur disatu sisi saya bahagia, tapi disisi lain saya lelah. Pingin kadang-kadang jadi ibu biasa yang gofood makanan, anak dikasih hp sesekali, wkwkwkwkwk.... Karena menjadi ibu yang (mencoba) sempurna itu banyak yang dikorbankan, metime salah satunya (jatah ngedrakor lenyap) :D

 

Aldila yang ideal itu :

Berat badan ideal, kulit glowing, badang kenceng suka olahraga, makan banyak tetep kurus

Mindfull, tidak emosian, bertutur kata lemah lembut

Bergelar diploma montessori, dengan anak homeschooling metode montessori

Setiap hari masak 2x sehari dan bikin kue macem-macem

Karir dikantor cemerlang sebagai engineer, dengan salary yang cukup tinggi

Aktif di beberapa organisasi baik di lingkungan rumah maupun luar

Aktifis zerowaste, kebunnya luas ditanami berbagai macam sayur buah

Mempunyai perpustakaan mini dirumah

Bisa nyetir mobil sendiri, gak pake ART, punya bisnis sendiri

 

Dan rasanya sosok Aldila diatas mustahil ada, ya paling kalo ada orangnya udah stress duluan overwhelmed :p

 

Selesai sudah jurnal berkhayal jadi Aldila yang sempurna, mohon maaf jika ada yang kurang berkenan J

.

.

.

@cuedil

191020

 

 

 

 


 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tahap Kupu-Kupu : Jurnal Ketujuh

Tahap Kupu-Kupu : Jurnal Pekan Ketujuh Surat Untuk Mentor Surat Untuk Mente 1 ...