Beban Jiwa itu ...
Gemari Madya 2
Minggu pertama di kelas
Menata Diri (Gemari Madya 2) diperkenalkan dengan area pertama yaitu Menata
Jiwa. Woww kan, sebelum menata bagian lain dalam diri kita akan menyelami sumber
dari segala keruwetan. Yaitu hati, pikiran dan perasaan alias jiwa karena tanpa
kita sadari sesungguhnya clutter jiwa itu yang paling sering mengganggu hidup
kita.
.
Kami dikenalkan dengan
apa itu clutter jiwa, ciri-cirinya, dan juga cara mengidentifikasi. Namun,
sebelum masuk jauh kedalam saya akan menuliskan tentang hal-hal yang menjadi
dasar kenapa harus menata jiwa.
Motivasi
Motivasi adalah segala
hal yang menjadi dorongan dan alasan seseorang untuk mencapai sesuatu dengan
tujuan tertentu. Motivasi bisa datang dari dalam diri sendiri maupun orang
lain. Dengan adanya motivasi orang akan lebih semangat dalam mencapai tujuan.
Nah, setelah paham akan definisi motivasi jadi apa sih yang menjadi alasan saya
harus menata jiwa :
.
Allah swt sebagai pemilik
seluruh kehidupan, termasuk hidup saya. Sebagai rasa syukur saya sudah ada di
dunia ini sampai saat ini sehat dan tidak kekurangan apapun. Dengan menata diri
hidup kita dalam beribadahpun akan lebih tenang dan khusyuk, tentunya motivasi
ini yang sangat kuat untuk saya harus berubah.
.
Diri sendiri harus
bahagia, agak-agak egois tapi bagaimana saya bisa mencintai dan memikirkan
oranglain kalau ke diri sendiri masih dzolim. Bahagia dan hidup tenang tanpa
clutter tentu akan dapat mengisi tanki cinta orang-orang di sekeliling saya.
.
Keluarga terutama suami
dan anak, kasihan kan kalo mak nya ngomel mulu karena otaknya mbuwlet. Menata
jiwa menjadi lebih baik agar orang-orang di sekeliling saya juga ikut bahagia.
Selain itu agar kehidupan keluarga kami lebih harmonis karena ibu sebagai
manager keluarga sudah tuntas dengan dirinya sendiri.
Ketika overwhelmed,
kecenderungan seperti apa yang biasanya/sering/pernah/dialami. Gelisah atau
depresi?
Saya type orang yang
perfeksionist, ketika melakukan sesuatu dalam segala hal harus total. Bukan
berarti hasilnya harus sempurna ya, tapi setidaknya effort dan pengorbanan yang
saya lakukan dalam melakukan hal tsb harus maksimal dari apa yang saya bisa. Nah,
sifat ini yang bikin saya sering overwhelmed, ini gak bagus ya karena tentu
berefek ke keadaan diri dan bahkan ke kesehatan.
.
Kalau saya pribadi
kecenderungan ketika overwhelmed biasanya tergantung tingkatannya juga, kalau
masih tingkat rendah alias cuma kepikiran hal-hal yang sepele atau kebanyakan
informasi paling ya cuma gak fokus atau makan kebanyakan. Aneh memang, tapi gak
sadar makan banyak trus perut mual berasa kudu muntah.
.
Nah, kalau tingkatannya
sudah overwhelmed akut misalnya gak total dalam mengerjakan sesuatu sehingga
bikin kepikiran biasanya ngefek ke pola tidur. Saya masih tetap bisa tidur sore
(gak insomnia), tetapi gak bisa deep sleep. Jadi dalam semalam bisa
berkali-kali bangun dengan pikiran yang sama bahkan sampai kebawa mimpi.
.
Sedih gak sih kalau
sampai begini? Karena bangun pagi gak bisa seger, trus efeknya mual-mual dipagi
hari. Yes, saya kalo kurang tidur itu pagi mesti mual.
3 kejadian kecil yang
bikin overwhelmed 1-2 minggu ini
Kejadian pertama karena
ada perubahan Struktur Organisasi baru dikantor per bulan Agustus kemarin, ada
beberapa bagian yang dimerger dan dirampingkan termasuk bagian saya. Ketika
beberapa teman lain sudah mendapatkan SK baru dan tempat baru, saya masih belum
dapat. Sempet mikir kalau dipindah ke cabang, atau dipindah ke biro. Jujur saya
gak siap, karena sudah terlalu berada di zona nyaman bagian yang sekarang tuh.
Sampe overthingkin berhari-hari mikir yang enggak-enggak, pusing akutuh.
Alhamdulillah seminggu yang lalu mendapatkan SK baru ditempatkan tetap di
kantor Gresik cuma beda tempat aja. Hihihi…
.
Yang kedua sebulan
belakangan ini di HO terjadi pertambahan karyawan yang terinfeksi covid,
puncaknya minggu kemarin di lantai 1 sampai lockdown karena jumlah positif
lumayan. Ya meskipun saya kerjanya di pabrik tapi kan tetep worry, siapa tau
gak sengaja kontak dari perantara apa gimana karena masih dalam 1 lingkungan
perusahaan. Tapi untungnya atasan saya mengambil kebijakan untuk wfh
bergiliran, setidaknya waktu di kantor gak lama-lama lah.
.
Ketiga ku waswas ama
dana darurat, karena sudah 5 bulan ini pemasukan gak full kayak biasanya
termasuk awal bulan ini syok liat payroll masih setengah dari biasanya. Dan
untuk menambal pengeluaran tetap tiap bulan akhirnya mesti ambil dana darurat.
Ini saya gak bisa cerita detail mbak put, pokoknya intinya begitulah. Tapi saya
percaya Allah Maha Kaya dan rizki sudah diatur.
Kejadian besar dalam 10
tahun terakhir yang membuat gelisah/depresi
Mungkin yang saya alami
ini banyak dialami oleh ibu-ibu baru lainnya, tapi sungguh seumur hidup saya
baru kali ini merasa bersalah banget hingga stress. Bukan stress kayak orang
gila sih, tapi stress bingung harus ngapain, bener-bener kayak orang bego
padahal harusnya mesti gercep.
.
Kejadiannya 3 tahun lalu saat baru melahirkan Echa,
selama saya hamil saya tuh bukan orang yang males belajar (ampe sekarang kan :p)
jadi mulai baca-baca buku, ikut grup sharing asi mpasi ampe ikut workshop dan
seminar online offline gitu. Tapi memang kenyataan tak semudah harapan, saya
melahirkan secara SC karena degenerasi retina dan qadarullah asi saya gak
langsung keluar. Sebagai ibu baru dan idealis saya gak mau bayi saya minum
sufor akhirnya 3 hari di RS gak minum karena ASI saya blm kluar. Hingga hari ke
5 coba saya pumping terus cuma keluar icrit-icrit basahin pantat botol, pantes
aja anak saya nangis terus.
.
Akhirnya sama ibuk dibeliin sufor trus diminumin pake
pipet karena kasihan, gak peduli sama bilang gak boleh. Sampai pas seminggu
setelah lahiran waktunya kontrol ke dokter anak ternyata berat badannya turun
banyak, dari 3kg ke 2,6kg. Mana kuning dan harus disinar juga, saya dimarahin
dokter pisan. Jeder gitu rasanya, sungguh saya seperti orang bego.
.
Sikap idealis bikin anak saya menderita, padahal emang
kenyataannya asi belum banyak dan anak butuh minum. Dari setelah kejadian itu
saya pumping kayak orang gila, per 2 jam sekali pake alarm karena saya pingin
menebus kesalahan saya. Echa masih nyusu langsung juga tapi saya takut kalo dia
gak kenyang, perasaan bersalah gede banget saat itu.
.
Seiring berjalannya waktu Echa bisa full asi, karena
emaknya agak gila bonding ama pompa dan corong melulu. Alhamdulillah sampai 20
bulan dia bisa asi, meskipun nenen cuma mau ampe 9 bulan aja. Kejadian ini
masih membekas banget ampe sekarang, saya berjanji kalau punya anak kedua gak
akan jadi orang bodoh dan keras kepala kayak kemarin. Semoga, soon...
Uraikanlah muatan/beban
jiwa yang selama ini dirasakan
Jujur saya ngerjain no. 4 ini yang paling lama, dimulai
dari hari Jumat malam dibantuin Echa guntingi kertas, berlanjut Sabtu pagi
bangun tidur nulis hingga 70an beban jiwa. Efeknya dahsyat banget, pusing
kepala saya ngeluarin sekian banyak beban jiwa tuh. Karena udah gak sanggup
lagi, saya pilih rehat. Kemudian Minggu pagi setelah masak saya keluarin
kembali beban jiwa yang kalau ditotal jumlahnya lebih dari 100 lembar kertas.
.
Saya bikin 1 lembar jadi 16 potong, sengaja kecil biar
bisa dimasukan ke pouch. Kemarin saya gunting 8 lembar dan sisa dikit gak
sampai sepuluh. Gambar dibawah ini saya masih nulis 70an, Sabtu pagi sempet
dijembrengin di meja makan.
Dan ini isi pouch nya, lebih dari seratus beban jiwa. Rasanya gimana nulis
beban jiwa? Gak nyangka aja, saya yang kelihatannya baik-baik saja ternyata
menyimpan beban sebanyak ini dan berhasil dituliskan. Entah mungkin ini belum
semua, tapi yang terpikirkan di saya segini.
Terima kasih mbak put sudah baca jurnal saya yang kebanyakan curhatnya,
mohon maaf kalau kepanjangan ya. Cuma saya kalo cerita sepotong-sepotong suka
takut yang baca gak ngerti detailnya. Semoga dengan materi menata jiwa saya
bisa lebih baik dan berdamai dengan diri sendiri.
.
.
.
(maaf gak dikasih tag karena biar gak banyak yang baca J)
@cuedil
121020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar