Task 1 - Gemari Pratama Angkatan 2
Bismillahirrohmanirrohim...
Selamat pagi, eh saya pas nulis ini pas pagi
sih..perkenalkan mbak Indri, saya Aldila Ningtyas yang biasa dipanggil Dila.
Seorang istri, ibu dari toddler berusia 32 bulan bernama Echa dan juga bekerja
di sebuah perusahaan BUMN di kota Gresik sebagai seorang engineer. Keseharian
saya dari pagi sampai sore bekerja, malam hari jadi guru sekolah untuk Echa dan
belajar melalui kulwhap atau kelas online seperti gemari ini. Saat saya dan
suami bekerja, Echa bersama dengan ART yang pulang pada sore hari. Tugas ART saya
selain “momong” Echa juga nyapu, ngepel dan setrika baju. Untuk cuci baju saya
lakukan sendiri sore hari, dan masak di pagi hari karena saya dan suami juga
“geng bekal”.
.
Saya termasuk orang yang rapi dan risih kalau ada
barang-barang yang tidak pada tempatnya, hal ini kebalikan dari suami saya yang
lebih suka menaruh barang seenaknya dan juga “menimbun” barang. Yap, menimbun
karena tiap saya mau buang/singkirkan selalu dijawab masih perlu, entah kapan
perlunya juga gak jelas. Nah, akhirnya saya jadi lebih emosional masalah ini,
sering ngomel, berkali-kali mengingatkan dan juga kalau udah mentok saya
buang-buangin yang kira-kira emang udah gak berguna. Sebel banget soalnya
ngeliat gudang atau kotak tools gampang penuh keisi sama ember cat, kuas bekas ato
bahkan jas hujan sobek yang “katanya” mau ditambal.
.
Hal itu pula yang mendasari saya untuk ikut kelas
gemari ini, rumah saya rapi iya, bersih iya juga dibandingkan rumah-rumah
tetangga. Tapi entah kenapa tetap ada rasa tidak puas karena tidak simple,
memang saya kepingin hidup minimalis tanpa banyak barang karena rumah saya ndak
luas. Di Task pertama ini, Kenapa Harus Berbenah ? Jawabannya karena rumah saya
penuh dan sepertinya kekurangan space, kan ya ndak mungkin saya beli rumah lagi
yang besaran namun barangnya yang harus dikurangi. Hehehe...
.
Untuk mengidentifikasi clutter yang ada dirumah
saya, akan saya detailkan dari satu per satu ruangan. Kebetulan kemarin sempat
foto jadi nulis sambil lihat penampakannya, gak abstrak ngawang-ngawang.
Sebelumnya, dibawah ini adalah foto fasad rumah saya yang berada di perumahan
dengan luas tanah 72 m2 dan luas bangunan 50 m2 ukuran 6 x 12 m. Rumah
sederhana dengan sedikit taman, disaat hampir semua tetangga memangkas tamannya
untuk dijadikan ruang tamu tapi saya memilih tetap mempertahankannya karena
resapan dan ruang hijau itu penting. Selain itu pak suami juga hobi berkebun,
kasihan kalau tidak punya lahan dan juga kami sedang belajar urban farming.
.
1.
Depan
Rumah
Keliatan gak kalo didepan rumah aja sudah ada clutter yang terpampang
nyata? Yup, diatas jendela itu ada sampah. Itu tidak lain tidak bukan kerjaan
bapaknya, yang seperti saya bilang diatas semua-muanya disimpenin katanya nanti
kepake. Disitu ada kaleng cat, tutup box dan entah apalagi saya juga gak tau.
Itu clutter yang tidak sedap dipandang mata, padahal gak ada manfaatnya dan
tempatnya bukan disitu kalaupun mau menyimpan.
Clutter kedua, ada storage box yang gak bisa ditutup karena kepenuhan.
Setelah saya buka isinya ternyata ada kabel, rafia gulungan, kuas-kuas cat
bekas dan macem-macem barang pertukangan sekali pake. Storage box ini bekas
tempat baju Echa jaman bayi, memang saya alihfungsikan untuk menyimpan tools
suami. Yang bikin barang-barang ini menumpuk karena pak suami enggan memilah
mana yang nanti kepakai dan mana yang sudah tidak terpakai, sehingga storage
box gampang penuh dan gak rapi.
2.
Ruang
Tamu
Hanya ada 1 ruangan dirumah kami yang mempunyai 3 fungsi, karena rumahnya
seuprit jadi harus bisa dimaksimalkan. Menjadi ruang tamu sekaligus ruang
keluarga, ruang makan dan pojok bermain untuk Echa. Ruangan ini harus terlihat
rapi karena display kalau ada tamu kerumah, dan saya selalu mengusahakan semua
barang dirumah mempunyai rumah/tempatnya agar tidak berantakan.
Kalau menurut suami, yang malah terlihat clutter adalah box penyimpanan
mainan Echa karena numpuk-numpuk diatas rak. Saya menerapkan montessori untuk
metode pengajaran ke Echa, jadi mainan yg ada pada menu belajar minggu itu yang
ada di tray dan selebihnya saya simpan didalam box. Dampak dari clutter box
diatas rak selain kurang estetik juga bahaya kalo dipanjat Echa, soalnya dia
sering kepo pingin mainan selain menu belajarnya dan ambil kursi mau manjat.
Clutter lainnya adalah jajanan kaleng diatas meja makan, ada beberapa
kaleng yang sudah lama disitu karena sekeluarga kurang suka ngemil dan jajanan
kayak gitu. Dampaknya ini kalau dibiarin dan gak sadar tau-tau udah kadaluarsa
nanti, mungkin besok-besok kalau ada anak tetangga main langsung dikasihin aja
sepuasnya.
3.
Kamar
Echa
Kamar depan yaitu kamar Echa adalah tempat tidur sekeluarga, diisi 2 kasur,
1 drawer dan 1 rak buku. Ada 2 clutter yang terlihat, yaitu buku yang
penataannya kurang rapi dan tidak seragam dan boneka yang sampai sekarang saya
bingung naruh dimana yang berakhir ada dimana-mana.
Buku ini kayaknya perlu di-declutter, karena raknya udah kepenuhan dan
masih ada 1 storage lagi buku-buku yang masih utuh plastikan. Ini penyakit nih
karena kepingin punya perpustakaan jadi suka kalap beli buku, tapi sementara
ini ditahan dulu karena masih banyak yang belum terbaca. Kemarin sempet mau
ganti rak buku yang lebih besar, tapi kata suami kalau mau ganti rak ya rak
yang ada dikeluarin dulu. Nah karena belum ada yang nampung, sampai sekarang
masih bertahan dengan rak 3 x 3.
4.
Kamar
Utama
Karena saya dan suami kalau malam masih tidur bareng sama Echa, kamar utama
sampai sekarang belum terpakai. Fungsinya malah beralih jadi tempat baju abis
dicuci atau baju abis disetrika namun belum dimasukkan ke lemari. Nah,
baju-baju ini akhirnya malah jadi clutter yang berakibat kita jadi kesusahan
mencari baju yang akan dipakai (karena numpuk) dan juga keliatan gak rapi.
Clutter kedua di kamar ini adalah isi dalam lemari, lemari baju dirumah
hanya ada 1 yang saya pesan custom sehingga jadi lemari tanam. Cukup besar
dengan ukuran 2 x 3 m mentok sampai plafon, karena rumah kecil sehingga satu
lemari ini bisa menampung segala macam barang mulai dari baju, sprei, bedcover,
tas sampai bantal guling. Namun, setelah berjalannya waktu malah saya merasa jadi
sumber clutter, karena ukurannya yang besar sehingga tidak terasa kalau saya
beli-beli baju dan gak terasa penuh padahal baju yang dipakai ya itu-itu saja.
5.
Dapur
Kitchenset di dapur juga saya pesan custom, disesuaikan dengan ukuran dapur
yang kecil bak dapur senggol. Saya memang tidak suka ada barang yang tidak
punya rumah, sehingga segala perintilan dapur pun masuk kedalam kitchenset ini.
Memang dari luar terlihat rapi, tapi kalau saya buka dalamnya wah segala macam
belum tertata rapi. Bahan makanan hasil belanja bulanan saja saya masukkan jadi
1 di storage box terus saya masukkan kitchenset. Ini PR terbesar saya untuk
lebih mengorganise isi dalam kitchenset agar lebih mudah dalam mengambil dan
mencari barang.
6.
Gudang
Ingat perkataan mbak Indri saat diskusi materi kemarin, kalau semua barang
dimaksimalkan penggunaannya untuk apa dibuat gudang. Nah, ruangan diatas kamar
mandi dirumah ini yang digunakan oleh kami untuk gudang menyimpan barang-barang
yang sudah tidak terpakai atau suatu saat akan terpakai. Bahkan isi digudang
atas itu ada apa saja saya lupa loh, cuma ingat ada barang-barang bayi Echa
seperti bouncer, pompa asi, diapersbag, coolerbag, baju-baju, koper travelling,
dan juga ada magicom lama, toples-toples besar dan lain-lain saya gak tau. Sebanyak
ini tentu menjadi clutter karena tidak dimanfaatkan dengan baik dan berakibat
menjadi barang bekas tak bernilai.
Secara garis besar, clutter yang ada dirumah kami
adalah :
Clutter
|
Penyebab
|
Dampak
|
Barang
tidak terpakai diatas jendela
|
Suka
menunpuk barang dan meletakkan tidak pada tempatnya
|
Terlihat
kumuh
Menjadi
sarang tikus/kecoa
|
Storage
tools yang penuh
|
Menyimpan
barang yang sudah tidak bisa dipakai
|
Tools
tidak punya tempat dan tercecer
|
Box
mainan yang menumpuk diatas rak
|
Tidak
ada tempat menaruh box mainan
|
Kurang
indah dipandang
Tidak
aman kalau Echa memanjat untuk mengambil
|
Beberapa
kaleng kue diatas meja makan
|
Tidak
segera dimakan/ dibuka tetapi tidak dimakan
|
Akan
kadaluarsa jika tidak segera dimakan
|
Buku
yang menumpuk dan tidak ditata sesuai kategori di rak
|
Terlalu
banyak buku di rak
|
Rak buku
tidak mampu menampung
Buku
tidak bermanfaat secara maksimal
|
Boneka
yang ditaruh sembarangan
|
Tidak
ada rak boneka/tempat menaruh boneka
|
Boneka
berdebu dan sumber penyakit
Rumah
terlihat penuh dan berantakan
|
Baju
yang terlalu banyak menumpuk di lemari
|
Lemari
yang terlalu besar sehingga tidak terasa
|
Kesulitan
mengambil baju
Baju
yang dipakai/dimanfaatkan tidak maksimal
|
Baju
bersih yang ditumpuk di kasur
|
Baju
setelah dicuci/disetrika tidak segera dimasukkan lemari
|
Kesulitan
saat mencari baju yang akan dipakai
|
Alat
masak dan perintilan dapur tidak tertata didalam kitchenset
|
Tidak
ada pembagian space, peng-organise-an letak dalam kitchenset
|
Sulit
untuk mencari barang yang akan dipakai
Tidak
tahu kalau ada bahan makanan yang kadaluarsa/belum terpakai
|
Banyak
barang di gudang atas yang tidak teridentifikasi
|
Semua
barang yang sudah tidak dipakai/ sedang tidak dipakai diletakkan di gudang
|
Barang
yang tidak dipakai menjadi rusak
Bisa
menjadi sarang tikus dan kecoa
Konsumtif,
karena berpotensi membeli barang lagi jika butuh. Padahal siapa tahu di
gudang ada.
|
.
Setelah nanti saya belajar tentang gemar rapi dan
mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, apa sih yang ingin saya capai
? Ada beberapa point yang penting untuk saya :
·
Supaya
hati dan pikiran tenang
Sikap saya yang agak perfeksionist dan selalu takut akan kebersihan dan
kerapian membuat saya sendiri suka makan hati. Belum lagi kalau suami dan anak
berantakan, ngomel-lah mamak ini. Jika semua barang berada pada tempatnya dan
seluruh anggota keluarga gemar rapi kan hidup ini bisa tenang, tanpa takut
berlebihan, tanpa marah yang tidak diperlukan.
·
Lebih
mudah dalam mencari/mengambil barang yang diperlukan
Tumpukan barang yang tidak tertata/ tidak diletakkan pada tempat semestinya
akan membuat penghuni rumah kesulitan untuk mencari barangnya, hal ini membuat
waktu terbuang percuma. Sehingga semua barang harus ter-organise dengan baik
agar lebih mudah mengambil barang dan manfaat pakai lebih maksimal
·
Rumah
terlihat lapang tanpa tumpukan barang yang tidak diperlukan
Ini salah satu goal saya di tahun depan, Minimalist Lifestyle. Setelah goal
di tahun 2018 adalah renovasi rumah dan mengisi rumah yang ternyata kebablasan,
tahun ini mulai merasa gak nyaman karena ternyata banyak barang yang entah
kapan mau dipakai atau malah udah gak kepake tapi masih disimpenin aja. Insya
Allah dengan metode gemar rapi, saya bisa declutter dengan ikhlas dan barang
lebih bisa dimanfaatkan dengan baik.
·
Terhindar
dari penyakit
Sadar gak sih, saat banyak barang menumpuk atau tidak terpakai itu akan
mendatangkan berbagai penyakit. Mulai dari debu yang tebel, sampe mengundang
hewan untuk datang seperti kecoa, semut bahkan tikus. Nah, supaya gak kejadian
jangan biarkan rumah berubah menjadi gudang yang tidak tertata. Dan ilmu gemar
rapi ini yang dibutuhkan untuk membuat rumah berasa nyaman dan homey.
.
Kenapa kok saya ingin berbenah ? Ada 2 alasannya, yang pertama karena segala
sesuatu akan dipertanggungjawabkan di akhirat dan yang kedua supaya hidup lebih
tenang tanpa emosi berlebihan.
“Tidak akan
bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya
(dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang
ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana
diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa
digunakannya”. (HR. Tirmidzi)
Tentang hartanya, dari mana diperoleh dan kemana dihabiskan ini yang perlu
dihighlight, seringkali saya membeli barang-barang yang manfaatnya tidak
maksimal bahkan tidak benar-benar diperlukan. Barang-barang yang tidak
bermanfaat akhirnya akan menjadi bagian perhitungan hisab di akhirat kelak.
Astagfirullah, saya belum sepenuhnya baik dan bahkan ibadah belum maksimal,
bagaimana jika ditambah hisab dari barang-barang ini. Sungguh saya ingin
menjadi pribadi yang lebih baik daripada sekarang.
.
Materi pertama yang langsung nampol buat saya, ditambah materi suplemen
yang membuat saya malu betapa saya tidak ada apa-apanya dibandingkan banyak
orang hebat di dunia yang hidupnya sederhana. Semoga tetap istiqomah
menjalani 16 minggu kelas Gemari Pratama
dan membawa perubahan untuk saya pribadi dan keluarga.
.
.
.
cue_dil
27092019
ditulis dengan cepat keburu rapat, semua yang ada di pikiran langsung
dituang
#Task1GP
#gemaripratama2
#angkatan2
#GP2kelas2
#menatadirimenatanegeri
#gemariclass
#metodegemarrapi
#berbenahalaIndonesia
#indonesiarapi
#serapiitu
#segemariitu